Plis, jangan memandang gw seperti seorang manusia batu yang ketinggalan zaman. Film Ekskul emang udah ada di layar lebar sejak bulan Mei lalu, tapi ada beberapa alasan yang menutup kemungkinan gw untuk pergi ke bioskop 7 bulan yang lalu.
Kalaupun dulu gua memaksakan diri untuk menonton film ini di bioskop, maka langkah-langkah yang harus gua lalui adalah:
1. Bekerja supaya bisa mendapatkan uang kira-kira $1000 atau 7 juta
2. Mencari travel agent yang menjual tiket Melbourne-Jakarta dengan harga murah
3. Menelpon travel agent
4. Siap-Siapin oleh-oleh untuk jaga-jaga kalau-kalau nanti pas di Indonesia ketemu temen-temen.
5. Nelpon taksi
6. Naik taksi ke bandara
7. Naik pesawat dari bandara, transit di Bali
8. Dari bali langsung ke Jakarta
9. Dari jakarta, naik taksi ke terminal kampung rambutan
10. Naik bus ke arah bandung.
11. Turun di Cicaheum (atau mungkin di Kebon Kelapa, gw ga apal rute bus Jakarta-Bandung)
12. Naik angkot Cicaheum-Kelapa via Aceh
13. Turun di B.I.P
14. Naik ke lantai atas
15. Ngantri buat dapetin tiket nonton Ekskul
Arrrrggggghhh... belum keitung pipis diperjalanan. Bisa-bisa gua gugur di tengah jalan.
Atas dasar itulah, gw baru mampu nonton film ini sekarang, atau lebih tepatnya 2 hari yang lalu. Terima kasih pada Bee Happy yang telah menyediakan VCD-VCD pelepas rindu.
ANYWAAAAAAAAAAY, let's get to the point.
EKSKUL adalah sebuah film yang, menurut gua, beda dari tipikal film indonesia saat ini. Sebelum gw menonton, gw sempat pesimis karena film ini diberi rating TIGA KANCUT oleh www.sinema-indonesia.com. It's gonna suck, i thought. Namun setelah lima menit pertama, gw langsung tau kalo film ini ngga bakal ngecewain.
Film ini bercerita tentang Joshua, seorang anak SMA yg selalu diejek dan dimaki oleh temen-temennya. Selain itu dia juga diperlakukan secara kasar oleh orang tuanya. Meledak, dia pun membalas dendam dengan menyandera 6 orang temannya di ruang BP. Ceritanya mungkin simpel, tapi diceritakan dengan cara yang membuat kita ikut masuk kedalam dunia si Joshua.
Suer, ini film Indonesia pertama yang bisa ngebuat gw menangis SAMBIL tertawa. Please note, bukan "tertawa sampai menangis" seperti yg biasa terjadi klo kita nonton film-film Dono Kasino Indro, tapi menangis SAMBIL tertawa, in a good way. Mungkin itu orang yang ngasi rating tiga kancut ke film ini dulu nontonnya bareng ama temen2 kali, jadi gengsi klo mau nangis sambil tertawa. Coba deh nontonnya sendiri, dihayati, wuiih.. bisa merem melek nontonnya. (ati2 kalau ada kamera tersembunyi di sudut ruangan, kan malu kalo sampai video elo lagi merem melek tersebar ke masyarakat luas).
Walau memiliki beberapa kekurangan seperti: mulut Joshua yg suka dimonyong2in secara kebangetan, peluru yg ngga jelas jumlahnya, polisinya kebanyakan padahal cuma nangkep anak sma doang, adanya kehadiran dua orang siswa sma yg bertingkah seperti banci abisss, dan YANG PALING PARAH: GURU BP YANG NGGA BECUS, gw tetep kasi rating 4 bintang deh.
Oya, editan yg terlalu banyak menggunakan efek (flashback, dipercepet, di stop, etc etc gw ga terlalu ngerti istilahnya), menurut gw justru cocok/paralel dengan pikiran si Joshua yang sakit jiwa ini. So it's not a bad thing at all. Keren malah, mirip main game resident evil;)
Semoga film-film action thriller ky gini mulai berkembang biak di Indonesia. Dan semoga film-film romantis yang udah basi DAN film2 horror yang ngga terlalu jelas bakalan mulai surut. Semoga sutradara, pemain, dan seluruh staff yang terlibat dalam proses pembuatan film Pocong 2 yang baru dirilis kemaren itu pada mati semua dimakan pocong. Amin
EDIT: OWW.. Sorry ada yg kelewat, soalnya baru baca berita ini di Kaskus tadi sore. Pada hari Kamis 21/12/06, Ekskul dinobatkan menjadi film terbaik 2006 di acara Festival Film Indonesia.
Quote:
Bicara tentang kejutan, tentu terpilihnya Ekskul sebagai film terbaik merupakan kejutan terbesar di ajang tahunan perfilman nasional ini. Seperti yang sudah disebutkan, Ekskul yang dibintangi VJ Ramon, Metha Yunatra, Sheila Marcia, Indra Brasco dan Olga Lydia ini, nyaris tak pernah diperhitungkan. Perhatian penonton Indonesia lebih tertuju pada fenomenalnya film Denias, atau mungkin "membumi"-nya film Mendadak Dangdut.
Ya, penilaian tinggal penilaian. Dewan juri FFI 2006 yang dipimpin Noorca M Massardi pasti melihat sesuatu yang berbeda, sebelum akhirnya memilih Ekskul sebagai film terbaik. "Pesan yang hendak disampaikan dalam film ekskul ini lebih relevan dengan apa yang terjadi saat ini. Ada nilai pendidikan yang justru diarahkan kepada orang tua," kata Noorca. "Selama ini, yang cendrung jadi contoh buruk adalah anak-anak, tapi dalam film ini justru orang tua. Orang tua diberikan wacana untuk introspeksi. Ini film pendidikan yang tidak lazim, meskipun tema yang diangkat sama dengan Denias. Sutradara dan penulis ingin memperlihatkan bahwa kekerasan sudah saatnya untuk dihentikan," terangnya.
Terlepas dari segala kekurangan film ini, gw setuju ama hasil FFI ini :)
Ekskul yah? Perasaan dulu udah nonton, tapi macet di sekitar 7/8 jalan... Jadi yaa ga nonton ampe selese d... Mang terakhirnya gimana siy?
ReplyDeletehalah.. tata mah klo nonton film rame ga pernah ampe selesai...
ReplyDeleteya ampun....artikel ini menunjukkan betapa rendahnya selera pemilik blog ini...
ReplyDeletegara2 orang kayak gene neh perfilman kita gak maju2....
wah ngepet ni anymous!
ReplyDeleteyg bener tuh si universal! ngepet ribet2 ngurusin masalah hak cipta... bilang aja mempersulit...
nyate aja gan....
@anonymous : gw dulu di aussie bro, mungkin homesick, kangen ama masa sma, ato mungkin film2 indonesia yg gw donlod pada saat itu isinya tentang cinta2 mulu, so menurut gw ini film beda dengan film lain. Sekarang gw demen nonton film gw tau mana film yg bagus mana yg jelek, so relax:)
ReplyDeletefotodeka: maksudnya?;) perasaan di komen ga ada yg ngurus2in hak cipta:p